Cybersecurity adalah praktik melindungi sistem, jaringan, dan program dari serangan digital. Cybersecurity menjadi perhatian bisnis karena fungsinya yang signifikan. Oleh karena itu, perusahaan harus memiliki rencana untuk mempersiapkan, menangani, dan memulihkan jika terjadi pelanggaran keamanan. Karena itu, perlu dilakukan monitoring jaringan secara berkelanjutan.
Perusahaan dapat menetapkan beberapa langkah untuk mengamankan aset mereka agar aman dari serangan peretas dan pelanggaran. Simak beberapa strategi cybersecurity di bawah ini yang bisa dilakukan perusahaan untuk mengamankan jaringan.
1. Lakukan Penilaian Risiko
Penilaian risiko disarankan untuk diselenggarakan setidaknya 2 kali dalam setahun. Tapi bisa juga dilakukan setahun sekali atau tiga bulan sekali. Penilaian risiko merupakan proses identifikasi, menilai dan menerapkan kontrol keamanan utama dalam aplikasi. Penilaian risiko mengungkapkan kelemahan keamanan dan kerentanan sistem perusahaan untuk membantu mengelola dan memitigasi risiko.
Empat tahap dalam penilaian risiko adalah:
- Identifikasi: temukan aset penting dalam perusahaan seperti data dan infrastruktur. Selanjutnya, diagnosis dan pahami nilai aset organisasi dan buat profil risiko untuk tiap aset.
- Penilaian: menilai risiko yang teridentifikasi untuk aset penting. Tentukan cara mengalokasikan sumber daya secara efektif untuk mitigasi risiko dan menganalisis korelasi antara aset, ancaman, kerentanan, dan kontrol mitigasi.
- Mitigasi: tentukan pendekatan mitigasi dan terapkan kontrol keamanan pada setiap risiko.
- Pencegahan: terapkan alat dan proses untuk meminimalkan ancaman dan kerentanan yang terjadi pada sumber daya perusahaan.
2. Buat Kebijakan Keamanan
Buat kebijakan keamanan yang jelas, isinya harus dapat menguraikan aturan organisasi, peran, dan tanggung jawab pekerjaan, serta harapan bagi karyawan. Kebijakan keamanan adalah dokumen yang menyatakan secara tertulis tentang bagaimana organisasi berencana melindungi aset fisik dan IT.
Dokumen tersebut harus mencakup rencana untuk mendidik karyawan tentang perlindungan aset fisik dan digital perusahaan, bagaimana langkah keamanan akan dilakukan dan ditegakkan, dan prosedur untuk mengevaluasi kebijakan untuk melakukan koreksi.
Elemen kunci lainnya dari kebijakan keamanan mencakup pernyataan tujuan, pernyataan obyektif, pernyataan data tentang bagaimana data perusahaan ditangani, serta pernyataan klasifikasi data yang membagi data ke dalam kategori sensitivitas.
3. Melindungi Aset Secara Fisik
Tindakan keamanan fisik juga penting dalam monitor jaringan juga diperlukan untuk melindungi aset fisik perusahaan. Maksudnya adalah bangunan, kendaraan, inventaris, dan mesin. Melindungi infrastruktur fisik sangat penting untuk menampung data perusahaan.
Oleh karena itu, pastikan terdapat personel yang punya wewenang untuk mengakses, memindahkan, dan menangani aset fisik. Misalnya perusahaan dapat menerapkan sistem verifikasi biometrik yang membatasi akses masuk ke dalam ruangan tertentu. Dengan begitu, karyawan yang diizinkan masuk sangat terbatas.
4. Lakukan Backup dan Uji Backup
Lakukan backup informasi secara teratur dan uji pemulihan data dari cadangan. Jika perusahaan memiliki backup lengkap dan selalu terkini untuk semua data, maka tidak perlu khawatir ada data yang hilang. Gunakan solusi backup yang dapat menyimpan secara otomatis. Atur juga backup agar terus mencadangkan sesuai dengan konfigurasi sistem.
Perlu juga dilakukan uji backup untuk menilai efektivitas data dan memverifikasi bahwa data tersedia untuk pemulihan jika terjadi berbagai hal yang tidak diinginkan. Uji backup perlu dilakukan untuk memastikan apakah backup mampu bekerja dengan baik atau harus menggunakan sistem backup lainnya.
5. Cek Pembaruan Keamanan
Sistem operasi jaringan dan program server harus terus diperbarui. Dengan begitu, kinerjanya akan selalu mutakhir dan sesuai dengan perkembangan terkini. Aktifkan pembaruan sistem secara otomatis apabila memungkinkan. Ganti semua sistem operasi, aplikasi, dan hardware yang sudah tidak mendukung.
6. Gunakan Kontrol Akses
Kontrol akses merupakan pembatasan selektif terhadap akses terhadap suatu tempat atau sumber daya. Metode ini menjamin bahwa pengguna sesuai dengan apa yang mereka katakan dan bahwa mereka memiliki akses yang sesuai ke data perusahaan.
Perusahaan juga dapat menerapkan otentifikasi multi faktor di mana karyawan diberi akses ke data perusahaan hanya setelah berhasil menampilkan dua atau lebih bukti ke mekanisme otentikasi. Otentikasi multi faktor memperkuat keamanan akses.
7. Lakukan Uji Laporan Insiden Secara Berkala
Perlu dipersiapkan rencana penanganan respons insiden yang terjadi di siber untuk mempersiapkan jika terjadi insiden tertentu yang membahayakan keamanan data perusahaan. Caranya adalah menentukan peran dan tanggung jawabnya, penilaian risiko, dan prosedur eskalasi, serta persyaratan notifikasi. Rencana respons memungkinkan respons yang cepat, konsisten, dan tepat terhadap dugaan dan konfirmasi insiden keamanan.
Menguji laporan insiden secara rutin akan meningkatkan efektivitas pengujian organisasi dan memungkinkan perusahaan mempunyai peluang lebih sering untuk mengidentifikasi komponen-komponen rencana yang sudah kedaluwarsa.
8. Menerapkan Alat Monitoring, Analitik, dan Manajemen Jaringan
Pilih solusi monitoring keamanan yang terintegrasi dengan teknologi lain. Alat monitoring jaringan akan melacak secara terus-menerus, menganalisis, dan melaporkan ketersediaan, kesehatan, dan kinerja jaringan. Menerapkan alat monitoring, analitik, dan manajemen jaringan akan memungkinkan perusahaan untuk tetap terdepan dalam menghadapi potensi masalah yang dapat menyebabkan IT tidak berfungsi.
Selain itu, alat monitoring jaringan juga dapat mengidentifikasi apabila ada ancaman keamanan, melacak sumber masalah secara efektif, dan menemukan masalah di IT yang dapat menyebabkan sistem macet dan tidak bekerja sama sekali.
9. Menerapkan Perangkat Keamanan Jaringan
Gunakan router yang mendukung teknologi terbaru, firewall, dan peralatan keamanan lainnya. Menggunakan perangkat keamanan jaringan yang tepat dapat membantu perusahaan untuk mempertahankan jaringannya. Jika data dan infrastruktur perusahaan tidak diamankan dengan baik, maka data dan infrastruktur tersebut bisa dieksploitasi oleh pihak ketiga dan pihak lain yang tak bertanggung jawab.
Perangkat keamanan jaringan bersifat fisik atau virtual dapat mencakup antivirus, sistem pendeteksi gangguan, firewall, dan perangkat penyaringan konten. Perangkat semacam ini sangat dibutuhkan dan wajib dimiliki oleh perusahaan karena menjaga data konsumen dan perusahaan harus dilakukan demi keberlangsungan perusahaan yang baik dan lancar.
10. Edukasi Pengguna
Sebaik apa pun alat monitor jaringan yang digunakan perusahaan, tapi tentu tidak ada alat yang bisa bekerja sendiri dengan hasil 100% sempurna. Tetap saja alat tersebut harus dipantau performa dan hasil kerjanya oleh karyawan. Itulah kenapa harus dilakukan edukasi terhadap karyawan yang akan langsung mengoperasikan alat tersebut.
Edukasi karyawan terkait ancaman dan cara memberikan feedback terhadap segala aktivitas mencurigakan yang mungkin terjadi di internet. Selain itu, lindungi dengan hati-hati semua akses yang dapat menuju ke perusahaan. Setelah itu, pantau dengan cermat semua sesi saat karyawan bekerja dengan data yang sifatnya sensitif. Pastikan menggunakan strategi yang tepat untuk monitoring jaringan. Dengan bantuan Netmonk Prime, solusi monitoring jaringan yang memberiknan solusi monitoring mudah dan sudah dipercaya lebih dari 1000 prusahaan di Indonesia. Kunjungi situs Netmonk untuk mencoba demo gratisnya!