Dari tahun ke tahun, integrasi software telah berkembang sangat pesat. Sekarang, kita sudah tidak perlu masuk ke perpustakaan untuk menautkan kode untuk melakukan pembaruan versi, sehingga software bisa dinikmati dengan lebih baik. Dengan bahasa yang baru, integrasi dapat dilakukan dengan jauh lebih mudah. Di saat yang bersamaan, API monitoring juga menjadi kian penting perannya.
Seiring dengan kondisi ekonomi yang memaksa perusahaan untuk mencari cara kerja dengan API yang lebih baik, tapi dengan biaya lebih sedikit, maka diperlukan cara-cara yang lebih maju. Temukan masalah integrasi API yang sering terjadi lengkap dengan cara menghindarinya di bawah ini!
1. Pentingnya Detail Antarmuka
Salah satu masalah yang dapat mengubah integritas API adalah antarmuka. Ini adalah bagian dari pengembangan API yang bisa dianggap sebagai komponen paling penting untuk dipahami. Tim teknologi informasi harus mempelajari strukturnya. Dokumentasi yang kuat atau pengujian sandbox dapat membantu mengungkap potensi masalah sebelum teknisi memulai proses coding.
Sebagai contoh, pertimbangkan untuk mengintegrasikan dengan pembayaran gateway untuk transaksi yang menggunakan kartu kredit. Jika API yang digunakan menerima jenis pembayaran tunai, maka periksa bagaimana antarmuka penerimaannya. Misalnya seperti apa penulisan jumlah dan karakter pembayarannya (apakah S1,23 atau USD 1,23).
Jika dilakukan dengan cara sistem perusahaan melacak transaksi, maka integrasinya akan lebih mudah. Antarmuka yang lebih sederhana dan cocok dengan struktur perusahaan biasanya akan lebih disukai. Karena itu, pastikan memilih API yang kompatibel dengan perusahaan, tapi penting juga memikirkan versi terbarunya.
2. Manajemen Kunci API
Kebanyakan API menyertakan beberapa bentuk otentikasi. Salah satu contoh umumnya adalah memiliki token otentikasi di header HTTP atau bahkan sebagian dari permintaan URL. Meskipun sebagian besar API membuat otentikasi dengan sederhana, tapi perusahaan perlu mempertimbangkan akan bagaimana kunci akan dikelola. Pertimbangan yang penting adalah seberapa sering kunci diubah.
Beberapa API memiliki kunci yang berubah per paket atau setiap pembelian, sementara API lainnya punya satu kunci yang memberi akses ke satu atau banyak layanan sekaligus. Jika kunci ada tanggal kedaluwarsanya, maka harus dicari tahu atau dilacak dengan monitor untuk memberi peringatan begitu dekat waktu kedaluwarsa.
Begitu kunci API berubah, sebenarnya penyesuaiannya cukup mudah, tapi jika beberapa departemen perusahaan memanggil layanan yang sama dengan kunci yang sama, maka API akan kesulitan melacak di mana panggilan tersebut berasal. Karena itu, solusi manajemen kunci API yang terpusat mungkin diperlukan pada semua klien dari semua departemen yang menggunakan kunci sama.
Sebaliknya, departemen yang berbeda harus memiliki penagihan terpisah untuk penggunaan API. Mungkin perusahaan perlu kode antarmuka yang sama. Di sinilah, perusahaan perlu kunci yang dapat dikelola secara independen berdasarkan departemennya.
3. Skala
Meskipun banyak layanan berbasis API dihosting di platform cloud dengan skala tinggi, implementasi layanan mereka masih dapat menimbulkan masalah yang perlu perhatian lebih lanjut. Pembatasan tarif oleh penyedia API adalah cara umum untuk menghindari kelebihan beban pada layanan mereka. Tapi, hal ini juga berdampak signifikan pada kemampuan melakukan lonjakan di lalu lintas API.
Sebagai contoh, jika perusahaan memiliki formulir pembuatan prospek berbasis web, seseorang mungkin melakukan standarisasi alamat atau berbagai pemeriksaan validasi identitas pada informasi yang dikirimkan. Tapi, jika ada batasan jumlah pemeriksaan yang dapat dilakukan per detik, API ini mungkin mulai membatasi respons selama lonjakan lalu lintas. Akibatnya, respons dapat melambat.
Biasanya, ada beberapa faktor yang mempengaruhi, yaitu CPU, memori, dan disk. Misalnya pada host email, jika skalanya tidak terlalu besar, maka waktu responsnya akan sangat lambat. Setiap query butuh waktu puluhan detik untuk diselesaikan. Cara menanganinya adalah tidak menerapkan batasan kecepatan agar tidak terjadi kemacetan.
4. Sudah Lawas, Peralihan, dan Penghapusan
Sama seperti software biasa, API berubah secara berkala. Sebagian besar developer API menghargai kompatibilitas dan umumnya tidak mengubah antarmuka. Pada umumnya, situasi bisnis berubah, maka solusi kompetitif yang lebih baik, lebih cepat, dan lebih murah pun hadir dan ini adalah saat yang tepat bagi perusahaan untuk beralih!
Terkadang perubahan yang sederhana dapat mendatangkan malapetaka pada alur kerja data yang sudah tertata dengan baik. Misalnya, elemen baru mungkin diperlukan atau elemen yang sedang dibutuhkan tiba-tiba hilang. Pada saat seperti ini, memahami bagaimana data mengalir melalui aplikasi akan menjadi kunci kelancaran integrasi.
Transisi yang berhasil memerlukan studi tentang kompatibilitas antarmuka, migrasi data, dan pembuatan rencana pengujian yang solid. Terkadang, pengujian dari API lama sudah tidak valid lagi, dan API baru mungkin memerlukan serangkaian pengujian baru, jadi mengerjakannya dengan proses mundur dari kasus pengujian dapat membantu memandu peralihan yang sukses.
5. Pengujian dan Pencatatan
Meskipun sebagian besar developer fokusnya pada fungsionalitas, penanganan kesalahan, dan kinerja, ada beberapa pertimbangan real-time yang sering diabaikan. Banyak API menawarkan sandbox, di mana developer dapat menguji untuk memastikan integrasi mereka bekerja dengan benar, tapi begitu masuk ke tahap produksi, respons logging dapat membantu menemukan kesalahan atau kondisi spontan yang tidak ada di sandbox.
Bentuk dasar logging atau pencatatan ini memungkinkan perusahaan berjalan mundur dan melihat apa yang diminta dan apa yang dikembalikan pada saat hal tersebut terjadi. Layanan yang sesekali mengembalikan respons buruk atau kesalahan yang tidak tertangani ini mungkin sulit dilacak. Tapi file log dapat membantu menyederhanakannya untuk memahami apa yang terjadi saat itu versus apa yang mungkin dikembalikan oleh API sekarang.
Dalam beberapa situasi, memutar ulang seluruh file log untuk memvalidasi output dari banyak panggilan API juga dapat bermanfaat. Misalnya, kalau ada panggilan per halaman selama seluruh sesi pengguna. Selain itu, caching juga dapat menyebabkan tantangan dalam pengujian. Jadi berhati-hatilah untuk menghindari penggunaan respons cache dari API eksternal saat menjalankan rangkaian pengujian API.
Pada saat waktu cache, pertimbangkan tentang cara menangani respons kesalahannya. Misalnya, kasus kesalahan mungkin perlu diuji lebih sering atau justru lebih jarang, dan apakah pengujian ini mengakibatkan penagihan yang dapat membentuk strategi pengujian API perusahaan.
Manfaat keseluruhan penggunaan API berbasis web kian meningkat, menawarkan peningkatan fungsionalitas, fleksibilitas, dan penghematan waktu maupun biaya bagi perusahaan. Tingkatkan integrasi API dengan lancar dengan menggunakan layanan API monitoring yang dapat diandalkan, seperti Netmonk.
Dengan produk unggulannya, Netmonk Prime, Netmonk menawarkan web/API monitoring, network monitoring, dan server monitoring yang ada di dalam satu aplikasi. Laporan disajikan dengan cara yang mudah dipahami, sehingga layanannya telah digunakan di lebih dari 15 perusahaan di Indonesia. Jadi, langsung saja kunjungi web Netmonk untuk info lebih lanjut!