Ada banyak cara untuk mengukur performa server atau pusat data, salah satunya adalah mengukur latensinya. Server latency sebaiknya tetap rendah untuk meningkatkan performanya. Lalu apa hubungannya latensi dengan server monitoring? Simak selengkapnya tentang latensi server, penyebab terjadinya latensi, dan cara mengelolanya di bawah ini.
Apa Itu Latensi?
Latensi menggambarkan penundaan komunikasi melalui jaringan antara server dan pengguna. Latensi merupakan waktu (yang diukur dalam milidetik) yang dibutuhkan data untuk berpindah dari sumber ke tujuan.
Lalu seperti apa latensi yang dianggap baik? Latensi yang kurang dari 100-150 ms dianggap dapat diterima. Tapi untuk performa yang optimal, latensi harus berada di kisaran 30-40 ms. Latensi dianggap baik jika mendekati angka 0.
Berikut ini ukuran tingkat latensi dan dampaknya pada pengalaman pengguna:
Ukuran Latensi | Pengalaman Pengguna |
<30 ms | Hanya sedikit dampak atau bahkan tak ada dampak sama sekali, alias lancar |
30-60 ms | Server berjalan baik |
60-100 ms | Dapat diterima, tapi pengguna mungkin akan merasa sedikit dampak, misalnya membuka web sedikit lebih lambat, download butuh waktu, dan lain sebagainya |
100-150 ms | Pengguna merasakan apa yang disebut “internetnya lambat” |
>150 ms | Internet masih bekerja, tapi mulai mengganggu pada kebanyakan aplikasi modern |
Penyebab Umum Terjadinya Latensi
Setidaknya ada 4 faktor yang memengaruhi latensi, yaitu jarak, ukuran data, software, dan hardware yang digunakan. Berikut ini adalah penjelasan lebih lanjut tentang apa saja yang menyebabkan latensi tinggi pada server dan jaringan:
1. Kesalahan DNS
Ketikan Domain Name System (DNS) atau server web mengalami gangguan, ini dapat membuat akses data di server menjadi lebih sulit, sehingga menyebabkan latensi tinggi. Salah satu contoh gangguan pada server web adalah munculnya kode “error 500.”
2. Masalah Jaringan
Terjadinya masalah jaringan yang mengirimkan data dari server ke pengguna akhir juga dapat menjadi penyebab latensi tinggi pada server. Perangkat jaringan tertentu, seperti switch atau router, dapat tiba-tiba menyebabkan latensi meningkat jika CPU kelebihan beban atau kehabisan memori, sehingga transfer data menjadi kurang optimal.
3. Ada Masalah dengan Media Transmisi
Tujuan dari media transmisi adalah untuk menghubungkan pengirim dan penerima sehingga dapat bertukar data dengan mengubah data menjadi kode yang dimanipulasi. Jika media transmisi tidak kompatibel dengan hardware atau software yang digunakan, maka dapat menyebabkan meningkatnya latensi.
4. Terlalu Banyak Router
Router berfungsi sebagai konektor atau penghubung. Tapi jika terlalu banyak router maka dapat menyebabkan jaringan melambat yang mengarah ke latensi tinggi. Ini terutama terjadi saat data berpindah dari satu router ke router lainnya.
5. Cuaca Ekstrem
Saat pengguna jaringan dan server mengirim data di hari yang cerah, pada umumnya proses ini akan berjalan lancar. Tapi di cuaca buruk seperti hujan deras dan badai, sinyal jaringan biasanya melambat dan mengakibatkan latensi tinggi. Ini terjadi karena jaringan bertabrakan, sinyalnya tak cukup kuat untuk mentransfer data, sehingga menyebabkan latensi tinggi.
6. Masalah Perangkat Pengguna
Selain kinerja jaringan atau server, latensi yang meningkat juga dapat disebabkan oleh perangkat pengguna. Ini mungkin disebabkan oleh keterbatasan memori atau RAM, serta penggunaan CPU yang tinggi pada perangkat.
Cara Mengelola Latensi Agar Tetap Rendah
Latency management diperlukan untuk performa jaringan yang lebih baik dan meminimalkan terjadinya “internet lambat” yang sangat mengganggu pelanggan. Ada beberapa cara untuk mengelola latensi agar tetap rendah, di antaranya adalah:
1. Gunakan CDN
CDN adalah Content Delivery Network, yang mampu mengurangi latensi jaringan dengan cara memperpendek jarak antara pengguna dan server asal, menggunakan Point of Presence (PoPs) yang lebih dekat. Jarak dari server ke pengguna sering jadi masalah latensi tinggi. CDN mengatasi masalah jarak tersebut dan mendekatkan server ke pengguna.
2. Caching Browser
Caching merupakan teknik efektif untuk mengurangi latensi dan meningkatkan performa situs web. Berkat caching, data disimpan sementara di server PoP, sehingga seluruh paket jadi lebih dekat dan lebih cepat ke pengguna akhir.
3. Hilangkan Sumber Daya yang Memblokir Render
Sumber daya yang memblokir render adalah potongan kode (biasanya CSS dan JavaScript) yang mencegah halaman web dimuat dengan cepat, sehingga menciptakan latensi yang lebih lama. Namun, beberapa bagian kode tidak selalu diperlukan untuk pengalaman pengguna secara langsung. Itulah kenapa penting untuk memprioritaskan konten mana yang harus diproses oleh browser dengan prioritas tinggi.
Untuk menghilangkan sumber daya yang memblokir render dan menghindari browser yang terlalu sibuk, sehingga menyebabkan latensi tinggi, lakukan beberapa hal berikut ini:
- Hapus CSS yang tidak lagi digunakan
- Minimalkan CSS dan JavaScript
- Tunda JavaScript menggunakan atribut async dan defer.
4. Kurangi TTFB
TTFB adalah Time to First Byte, yaitu total waktu yang dibutuhkan server untuk mengirim data pertama setelah pengguna memintanya. TTFB mengukur berapa lama waktu yang dibutuhkan server untuk merespons. Waktu respons server yang lambat memengaruhi respons dan kecepatan situs web, yang mengakibatkan peningkatan latensi.
Untuk mengurangi TTFB, pilih hosting yang kuat, sehingga dapat menangani beban lalu lintas tinggi, server dengan memori yang cukup, caching, dan memelihara basis data yang dioptimalkan. CDN juga dapat membantu memastikan waktu aktif yang tinggi dan respons server yang cepat, di mana pun pengguna berada di dunia. Berapa skor TTFB yang baik untuk mengurangi risiko latensi tinggi? Direkomendasikan TTFB berada di bawah 200 ms untuk waktu respons server.
5. Optimalkan Gambar dan Gunakan Lazy Loading
Cara lain untuk mengurangi latensi adalah dengan menyajikan gambar yang dioptimalkan di situs web perusahaan dan menggunakan script lazy-loading. Gambar yang dioptimalkan berarti menyajikannya dalam ukuran file sekecil mungkin tanpa mengurangi kualitasnya. Untuk memastikan gambar dioptimalkan di web, bisa gunakan cara di bawah ini:
- Ubah gambar ke format WebP atau AVIF, bukan JPEG
- Ubah ukuran dan kompres gambar secara efisien
- Sesuaikan dengan perangkat seluler.
6. Gunakan Alat Pemantauan yang Terpercaya
Saat ini, tersedia alat pemantauan jaringan dan server berupa software yang dapat diandalkan untuk selalu mengecek kondisi server dan jaringan. Alat ini akan memantau secara terus-menerus sehingga dapat dengan mudah mengetahui jika terjadi tanda-tanda yang dapat memperlambat kerja server dan jaringan.
Dengan menemukan tanda-tanda ini, maka tim manajemen jaringan dapat memutuskan untuk menyelesaikan masalahnya secepat mungkin sehingga latensi tidak sampai begitu parah dan sampai mengganggu pelanggan. Untuk menjaga server latency tetap rendah, gunakan alat pemantauan jaringan dan server yang dapat diandalkan, seperti Netmonk dari Telkom Indonesia. Dengan produknya, Netmonk Prime, pemantauan yang dilakukan sangat menyeluruh dan mampu memberi laporan dan analisis yang akurat. Langsung saja cek info lengkapnya di website Netmonk!